“MASALAH-MASALAH SOSIAL”
TUGAS PENGANTAR ILMU SOSIAL
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 2
A. LATAR BELAKANG........................................................................ 2
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................... 2
C.
TUJUAN............................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 4
1. Masalah Sosial...................................................................................... 4
2. Defenisi Pengangguran........................................................................ 5
3.
Definisi
kemiskinan.............................................................................. 5
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................... 6
1.
Pengertian
dan Batasan Masalah Sosial............................................ 6
2.
Klasifikasi
dan Sebab-Sebab Timbulnya Masalah Sosial................. 7
3.
Ukuran-Ukuran
Sosiologis Terhadap Masalah Sosial...................... 9
4.
Beberapa
Kasus Masalah Sosial....................................................... 10
5.
Masalah
Sosial Pada Anak................................................................ 16
6.
Pemecahan
Masalah Sosial................................................................ 17
BAB IV PENUTUP............................................................................................. 18
A. KESIMPULAN.................................................................................. 18
B.
SARAN............................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan mayarakat yang sejahtera
merupakan kondisi yang ideal dan menjadi dambaan bagi setiap warga masyarakat.
Oleh sebab itu, wajar apabila berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan kondisi
tersebut. Disamping itu berbagai upaya juga dilakukan untuk menghilangkan atau
mengeliminasi faktor-faktor yang menghalangi pencapaian kondisi ideal tersebut.
Fenomena yang disebut masalah sosial dianggap sebagai kondisi yang dapat
menghambat perwujudan hal itu. Oleh karenanya, masalah sosial sering disebut
sebagai kondisi yang tidak diharapkan, dengan demikian kemunculannya selalu
mendorong tindakan untuk melakukan perubahan dan perbaikan. Masalah sosial
merupakan suatu fenomena yang mempunyai berbagai dimensi yang terkandung
didalamnya, mengakibatkan hal ini menjadi objek kajian.
Oleh
karena itu, penulisan makalah ini selain merupakan tugas, kami juga ingin
memberikan definisi mengenai masalah sosial, batasannya serta beberapa contoh kasus
masalah sosial, yang terjadi di masyarakat dan upaya pemecahannya.
Kami berharap penulisan makalah
ini dapat berguna bagi penulis sendiri khususnya, untuk menambah pengetahuan
kami terhadap masalah-masalah sosial yang sering terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian dan batasan dari
masalah sosial?
2.
Bagaimanakah klasifikasi masalah sosial dan
apa penyebab terjadinya?
3.
Bagaimanakah ukuran-ukuran sosiologis
terhadap masalah sosial?
4.
Apa sajakah masalah-masalah sosial yang
terjadi di masyarakat?
5.
Bagaimanakah masalah sosial yang dialami
oleh anak?
6.
Upaya apakah yang dapat memecahkan
masalah sosial
C. Tujuan
1.
Untuk menjelaskan pengertian dan
batasan-batasan masalah sosial
2.
Untuk memberikan penjelasan mengenai
klasifikasi dan penyebab terjadinya masalah sosial
3.
Untuk memberikan penjelasan bahwa terdapat
ukuran-ukuran dalam sosiologi, untuk menentukan apakah suatu masalah termasuk
masalah sosial atau tidak
4.
Untuk memberikan beberapa contoh kasus
masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat
5.
Untuk memberikan sedikit gambaran
terhadap masalah sosial yang dialami anak
6.
Untuk menjelaskan upaya dalam pemecahan
masalah sosial
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Masalah Sosial
Masalah sosial bersifat relatif
dapat dilihat dari kenyataan bahwa gejala dan kondisi tertentu yang dalam suatu
masyarakat dianggap dan dinyatakan masalah sosial, gejala dan kondisi yang sama
dalam masyarakat lain belum tentu dianggap dan dinyatakan sebagai masalah
sosial. Definisi masalah sosial yang mencoba mengakomodasikan adanya relativitas
seperti itu, antara lain dikemukakan oleh Weinberg (1981: 4), masalah sosial
adalah situasi yang dinyatakan sebagai sesuatu yang bertentangan dengan
nilai-nilai oleh warga masyarakat yang cukup signifikan, di mana mereka sepakat
dibutuhkannya suatu tindakan untuk mengubah situasi tersebut.
Masalah sosial muncul akibat
terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita
yang ada, sementara itu Raab dan Selznick (1964:2) menyatakan bahwa tidak semua
masalah dalam kehidupan manusia merupakan masalah sosial. Masalah sosial pada
dasarnya adalah masalah yang terjadi
dalam antar hubungan di antara warga masyarakat. Sebagai contoh, bahwa masalah
kekeringan pada dasarnya bukan masalah sosial, kondisi itu dapat menjadi
masalah sosial apabila kemudian dapat mempengaruhi proses relasi sosial. Suatu
masalah yang dihadapi seorang warga masyarakat sebagai individu tidak otomatis
merupakan masalah sosial. Masalah individu tidak otomatis merupakan masalah
sosial. Sedangkan menurut Gillin dan Gillin, op.cit., halaman 740, masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian
antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan
kelompok sosial, atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga
kelompok sosial tersebut, sehingga menyebabkan kepincangan sosial.
2.
Defenisi Pengangguran
Definisi pengangguran secara
teknis adalah semua orang dalam referensi waktu tertentu, yaitu pada usia
angkatan kerja yang tidak bekerja, baik dalam arti mendapatkan upah atau
bekerja mandiri, kemudian mencari pekerjaan, dalam arti mempunyai kegiatan
aktif dalam mencari kerja tersebut. Menurut Sadono
Sukirno Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong
dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya. Menurut Payman J. Simanjuntak Pengangguran adalah orang yang
tidak bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha
memperoleh pekerjaan. Definisi pengangguran berdasarkan istilah umum dari pusat dan latihan tenaga kerja Pengangguran adalah
orang yang tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan uang meskipun
dapat dan mampu melakukan kerja.
3.
Definisi kemiskinan
Menurut
Wikipedia Indonesia, kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan
hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung
dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan
kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang
mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak
sebagai Warga Negara kemiskinan merupakan masalah global.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengertian dan Batasan Masalah
Sosial
Masalah sosial adalah sebuah
gejala atau fenomena yang muncul dalam realitas kehidupan bermasyarakat. Dalam
kehidupan keseharian fenomena tersebut hadir bersamaan dengan fenomena sosial
yang lain, oleh sebab itu untuk dapat memahaminya sebagai masalah sosial, dan
membedakannya dengan fenomena yang lain dibutuhkan suatu identifikasi. Di
samping itu, pada dasarnya, fenomena tersebut merupakan kondisi yang tidak
sesuai dengan harapan mayarakat atau kondisi yang tidak dikehendaki, oleh
karenanya wajar jika kemudian selalu mendorong adanya usaha untuk mengubah dan
memperbaikinya.
Untuk membedakan antara masalah
masyarakat dengan masalah sosial dapat dilihat yang pertama menyangkut analisis
tentang macam-macam gejala kehidupan masyarakat. Sedangkan yang kedua meneliti
gejala-gejala abnormal masyarakat dengan maksud untuk memperbaiki atau bahkan
untuk menghilangkannya. Sosiologi menyelidiki persoalan-persoalan umum dalam
masyarakat dengan maksud untuk menemukan dan menafsirkan kenyataan-kenyataan kehidupan kemasyarakatan. Sedangkan
usaha-usaha perbaikannya merupakan bagian dari pekerjaan sosial. Sosiologi
disini berusaha untuk memahami kekuatan-kekuatan dasar yang berada di belakang
tata kelakuan sosial. Pekerjaan sosial berusaha untuk menanggulangi
gejala-gejala abnormal dalam masyarakat, atau untuk memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat.
Jadi pada dasarnya, masalah sosial
menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Masalah tersebut merupakan persoalan,
karena menyangkut tata kelakuan yang immoral, berlawanan dengan hukum dan
bersifat merusak. Sebab itulah masalah-masalah sosial tak akan mungkin ditelaah
tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik
dan apa yang dianggap buruk. Walaupun sosiologi meneliti gejala-gejala
kemasyarakatan, namun juga perlu mempelajari masalah-masalah sosial, karena ia
merupakan aspek-aspek tata kelakuan sosial. Dengan demikian, sosiologi juga
berusaha mempelajari masalah sosial seperti kejahatan, konflik antar ras,
kemiskinan, pelacuran, dan masalah-masalah sosial lainnya yang terjadi dan bahkan
masalah sosial yang juga dialami oleh anak, dst.
Hanya dalam hal ini, sosiologi
bertujuan untuk menemukan sebab-sebab terjadinya masalah, sosiologi tidak
terlalu menekankan pada pemecahan atau jalan keluar dari masalah-masalah
tersebut. Karena usaha-usaha untuk mengatasi masalah sosial, hanya mungkin
berhasil apabila didasarkan pada kenyataan serta latar belakangnya, maka
sosiologi dapat pula ikut serta membantu mencari jalan keluar yang mungkin
dapat dianggap efektif.
Masalah sosial merupakan akibat
dari interaksi sosial antara individu, antara individu dengan kelompok, atau
antar kelompok. Dalam keadaan normal terdapat integrasi serta keadaan yang
sesuai antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, dan setiap unsur tersebut
saling terintegrasi secara baik dan harmonis. Apabila antara unsur-unsur
tersebut terjadi bentrokan, maka hubungan-hubungan sosial akan terganggu
sehingga mungkin terjadi kegoyahan dalam kehidupan berkelompok.
Suatu kebudayaan mungkin berubah
sedemikian rupa bila para anggota masyarakat merasa bahwa
kebutuhan-kebutuhannya tak dapat dipenuhi
oleh kebudayaannya. Kebutuhan tersebut mungkin berupa kebutuhan biologi
ataupun sosial. Secara biologis manusia mempunyai dua kebutuhan yang
fundamental yaitu kebutuhan pada makanan dan hidup. Di samping
kebutuhan-kebutuhan tersebut, atas dasar unsur biologis, berkembang pula
kebutuhan-kebutuhan lain yang timbul karena pergaulan dalam masyarakat, yaitu
kedudukan sosial, peranan sosial dan sebagainya. Apabila individu tidak dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosialnya, maka hidupnya akan tertekan.
Sebenarnya masalah sosial
merupakan hasil dari proses perkembangan masyarakat. Artinya, masalah itu
sebenarnya timbul apabila tidak diinginkan adanya hambatan-hambatan terhadap
penemuan-penemuan atau gagasan baru. Banyak perubahan-perubahan yang bermanfaat
bagi masyarakat walaupun mungkin mengakibatkan kegoncangan-kegoncangan terutama
bila perubahan berlangsung cepat dan bertubi-tubi. Dalam jangka waktu
masyarakat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan, maka timbullah masalah
sosial, sampai unsur-unsur masyarakat berada dalam keadaan stabil lagi.
Oleh karena itu upaya penanganan
masalah sosial dapat dilihat sebagai suatu proses perubahan. Memang benar,
bahwa sering di sebut sebagai perubahan sosial proses yang seolah-olah tanpa
akhir. Apa yang dilakukan sekarang tidak dapat dilepaskan dengan apa yang telah
dilakukan sebelumnya bahkan juga dalam kaitannya dengan pertimbangan tentang
prospek di masa mendatang. Perubahan sosial bukan merupakan aktivitas yang
dilakukan hari ini dan kemudian berhenti keesokan harinya, demikian juga bukan
merupakan kegiatan yang dilakukan sepotong-potong secara parsial. Lebih dari
itu, perubahan sosial merupakan proses yang berkesinambungan. Masalah sosial
dapat berada pada posisi sebelum perubahan dilakukan, pada proses perubahan itu
sendiri dan setelah perubahan.
Sebagaimana diketahui, masalah
sosial merupakan kondisi yang tidak diinginkan karena dianggap merugikan baik
dari segi fisik maupun nonfisik bagi kehidupan bermasyarakat. Lebih dari itu,
dalam kondisi yang disebut masalah sosial tersebut juga sering terkandung unsur
yang dianggap pelanggaran dan penyimpangan terhadap nilai, norma, dan standar
sosial tertentu. Oleh sebab itulah dari kondisi semacam itu kemudian
menampilkan kebutuhan akan pemecahan, perubahan dan perbaikan. Masalah sosial
merupakan kondisi yang perlu diubah dan diperbaiki, dengan demikian penanganan
masalah merupakan suatu usaha atau suatu proses untuk melakukan perubahan ke
arah perbaikan. Tidak jarang bahwa berbagai kondisi yang dapat
dikategorisasikan sebagai masalah sosial seperti, kemiskinan, keterbelakangan
merupakan sesuatu yang mendorong dilaksanakannya perubahan.
2. Klasifikasi dan Sebab-Sebab
Timbulnya Masalah Sosial
Masalah sosial timbul dari
kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber
pada faktor-faktor ekonomis, biologis, psikologis dan kebudayaan. Setiap
masyarakat mempunyai norma yang bersangkut paut dengan kesejahteraan kebendaan,
kesehatan fisik, kesehatan mental, serta penyesuaian diri individu atau
kelompok sosial. Penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma tersebut
merupakan gejala abnormal yang merupakan masalah sosial. Sesuai dengan
sumber-sumbernya tersebut maka masalah sosial dapat diklasifikasikan dalam
empat kategori seperti diatas. Masalah-masalah yang berasal dari faktor
ekonomis antara lain, kemiskinan, pengangguran dan sebagainya. Untuk faktor
biologis misalnya penyakit. Dari faktor psikologis timbul persoalan seperti
penyakit syaraf (neurosis), bunuh diri, disorganisasi jiwa, dan seterusnya. Sedangkan
persoalan yang menyangkut perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik
rasial dan keagamaan bersumber pada faktor kebudayaan.
Sudah tentu bahwa suatu masalah
sosial dapat digolongkan ke dalam lebih dari satu kategori. Misalnya,
kemiskinan mungkin merupakan akibat berjangkitnya sakit jiwa yang bersumber
pada faktor psikologis. Ataupun dapat pula bersumber pada faktor kebudayaan,
yaitu karena tidak adanya lapangan pekerjaan dan seterusnya.
Klasifikasi yang berbeda,
mengadakan pengolahan atas dasar kepincangan-kepincangan dalam warisan fisik,
warisan biologis, warisan sosial, dan kebijaksanaan sosial. Ke dalam kategori
pertama dapat dimasukkan masalah sosial yang disebabkan adanya pengurangan atau
pembatasan-pembatasan sumber alam. Kategori kedua mencakup persoalan-persoalan
penduduk, misalnya bertambah atau berkurangnya penduduk, pembatasan kelahiran,
migrasi dan sebagainya. Persoalan-persoalan seperti depresi, pengangguran,
hubungan minoritas dengan mayoritas pendidikan, politik, pelaksanaan hukum,
agama, kesehatan masyarakat dan seterusnya termasuk kategori warisan sosial. Ke
dalam kebijaksanaan sosial dapat dimasukkan hal-hal seperti misalnya,
perencanaan ekonomi, perencanaan sosial dan lain sebagainya.
Klasifikasi yang terakhir tersebut
di atas lebih luas cakupannya daripada klasifikasi yang pertama. Akan tetapi
suatu persoalan tertentu tidak selalu merupakan bagian dari satu kategori yang
tertentu pula. Suatu perencanaan ekonomis misalnya, menyangkut soal penduduk,
sumber alam, pendidikan, dan sebagainya. Masalah perpindahan penduduk yang
terlalu cepat misal, dapat disebabkan karena adanya kebijaksanaan sosial yang
baru sehubungan dengan adanya kemajuan-kemajuan di bidang teknologi. Hubungan
antara aspek-aspek tersebut selalu ada, karena aspek-aspek dalam masyarakat, di
dalam keadaan yang wajar, merupakan suatu integrasi yang mempunyai hubungan
yang saling pengaruh-mempengaruhi.
3. Ukuran-Ukuran Sosiologis Terhadap
Masalah Sosial
Di dalam menentukan apakah suatu
masalah-masalah sosial atau tidak, sosiologi menggunakan beberapa pokok
persoalan sebagai ukuran, yaitu :
a) Kriteria utama suatu
masalah sosial, yaitu tidak adanya
persesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial dengan
kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial. Unsur-unsur yang utama
dan pokok dari masalah sosial adalah adanya perbedaan yang mencolok antara
nilai-nilai dengan kondisi nyata kehidupan, artinya adanya
kepincangan-kepincangan antara anggapan-anggapan masyarakat tentang apa yang
seharusnya terjadi, dengan apa yang terjadi dalam kenyataan pergaulan hidup.
b) Sumber-sumber Sosial Masalah Sosial
Yang pokok di sini adalah bahwa akibat
dari gejala-gejala tersebut baik gejala sosial maupun gejala bukan sosial,
menyebabkan masalah sosial. Inilah yang antara lain menjadi ukuran bagi
sosiologi.
c) Pihak-pihak yang Menetapkan Apakah
Suatu Kepincangan Merupakan Masalah Sosial atau Tidak
Sikap
masyarakat itu sendirilah yang akan menentukan apakah suatu gejala merupakan
suatu masalah sosial atau tidak.
d) Manifest Social Problems dan Latent
Social Problems
Dalam hal ini, ada nilai-nilai dan
tindakan yang sebenarnya tidak disukai masyarakat, tetapi tetap diterima atau
bahkan dipaksakan berlalunya. Manifest
social problems merupakan masalah sosial yang timbul sebagai akibat
terjadinya kepincangan-kepincangan dalam masyarakat. Kepincangan yang mana
disebabkan tidak sesuainya antara tindakan dengan norma dan nilai yang ada
dalam masyarakat. Masyarakat pada umumnya tidak menyukai tindakan yang
menyimpang.
Sedangkan
Latent sosial problems juga
menyangkut hal-hal yang berlawanan dengan nilai-nilai masyarakat, akan tetapi
tidak diakui demikian halnya.
Sehubungan
dengan masalah sosial tersebut, sosiologi tidaklah bertujuan untuk membentuk
manusia-manusia yang bijaksana dan selalu baik dalam tindakan-tindakannya.
Melainkan untuk membuka mata agar mereka memperhitungkan akibat segala
tindakannya.
e) Perhatian Masyarakat dan Masalah
Sosial
Suatu kejadian yang merupakan masalah
sosial belum tentu mendapat perhatian yang sepenuhnya dari masyarakat.
Sebaliknya, suatu kejadian yang mendapat sorotan dari masyarakat belum tentu
merupakan masalah sosial. Suatu masalah yang merupakan manifest social problem
adalah kepincangan-kepincangan yang menurut
keyakinan masyarakat dapat diperbaiki, dibatasi atau bahkan dihilangkan.
Lain halnya dengan latent social problem yang sulit diatasi, karena walaupun
masyarakat tidak menyukainya, tetapi masyarakat tidak berdaya untuk
mengatasinya. Dalam mengatasi hal tersebut, sosiologi berpegang pada perbedaan
kedua macam problema tersebut yang didasarkan pada sistem nilai-nilai
masyarakat; sosiologi mendorong masyarakat untuk memperbaiki
kepincangan-kepincangan yang diterimanya sebagai gejala abnormal yang mungkin
dihilangkan atau dibatasi.
4. Beberapa Kasus Masalah Sosial
Kepincangan-kepincangan mana yang
dianggap sebagai masalah sosial oleh masyarakat tergantung dari sistem nilai
sosial masyarakat tersebut. Akan tetapi ada beberapa persoalan yang dihadapi
oleh masyarakat-masyarakat pada umumnya sama yaitu:
·
Kemiskinan
Kemiskinan diartikan sebagai suatu
keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf
kehidupan kelompok dan juga ,tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun
fisiknya dalam kelompok tersebut. Menurut sejarah, keadaan kaya dan miskin
secara berdampingan tidaklah merupakan masalah sosial sampai saatnya
perdagangan berkembang dengan pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang baru.
Dengan berkembangnya perdagangan ke seluruh dunia, dan ditetapkannya taraf
kehidupan tertentu sebagai suatu kebiasaan masyarakat, kemiskinan muncul
sebagai masalah sosial. Pada waktu itu individu sadar akan kedudukan
ekonomisnya, sehingga mereka mampu untuk mengatakan apakah dirinya kaya atau
miskin. Kemiskinan dianggap masalah sosial apabila perbedaan kedudukan ekonomis
para warga masyarakatnya ditentukan secara tegas.
Pada masyarakat yang bersahaja susunan
organisasinya, mungkin kemiskinan bukan merupakan masalah sosial, karena mereka
menganggap bahwa semuanya telah ditakdirkan, sehingga tidak ada usaha-usaha
untuk mengatasinya. Mereka tidak terlalu memperhatikan keadaan tersebut,
kecuali apabila mereka betul-betul menderita karenanya. Faktor-faktor yang
menyebabkan mereka membenci kemiskinan adalah kesadaran bahwa mereka telah
gagal untuk memperoleh lebih daripada apa yang telah dimilikinya dan perasaan
akan adanya ketidakadilan.
Pada masyarakat modern yang rumit,
kemiskinan menjadi masalah sosial karena sikap membenci kemiskinan tadi.
Seseorang bukan merasa miskin karena kurang makan, pakaian atau perumahan.
Tetapi karena harta miliknya dianggap tidak cukup untuk memenuhi taraf
kehidupan yang ada.
Persoalan menjadi lain bagi mereka
yang turut dalam arus urbanisasi tetapi gagal mencari pekerjaan. Bagi mereka
pokok persoalan kemiskinan disebabkan tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan
primer sehingga timbul tuna karya, tuna susila dan lain sebagainya. Secara
sosiologis, sebab timbulnya masalah tersebut adalah karena salah satu lembaga kemasyarakatan
tidak berfungsi dengan baik, yaitu lembaga kemasyarakatan dibidang ekonomi.
Kepincangan tersebut akan menjalar ke bidang-bidang lainnya, misalnya pada kehidupan
keluarga yang tertimpa kemiskinan tersebut.
·
Pengangguran
Besarnya angkatan kerja yang tidak
seimbang dengan kesempatan kerja merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya pengangguran. Namun Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau
lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi.
Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang
dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian
tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
Pengangguran bisa menyebabkan
masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal
ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil
(nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial
(pendapatan yang seharusnya).
Oleh karena itu, kemakmuran yang
dicapai oleh masyarakat pun akan rendah. Pengangguran juga akan menyebabkan
pendapatan nasional yang berasal dari sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi
karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian menurun
sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang
harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun.
Jika
penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan
berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.
Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu. Sehingga pengangguran termasuk kedalam salah satu masalah sosial yang juga dianggap penting dan mempunyai hubungan saling terkait dengan kemiskinan.
Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu. Sehingga pengangguran termasuk kedalam salah satu masalah sosial yang juga dianggap penting dan mempunyai hubungan saling terkait dengan kemiskinan.
·
Kejahatan
Sosiologi berpendapat bahwa kejahatan
disebabkan karena kondisi-kondisi dan proses-proses sosial yang sama, yang
menghasilkan perilaku-perilaku sosial lainnya. Beberapa ahli menekankan pada
beberapa bentuk proses seperti imitasi, kompensasi, identifikasi, konsepsi diri
pribadi, dan kekecewaan yang agresif sebagai proses yang menyebabkan seseorang
menjadi penjahat. Untuk mengatasi masalah kejahatan tersebut dapat dilakukan
tindakan preventif, dapat pula dengan diadakan tindakan-tindakan represif
antara lain dengan teknik rehabilitasi, yang menurut Cressey ada dua konsepsi
mengenai teknik tersebut. Yang pertama menciptakan sistem dan program-program
yang bertujuan untuk menghukum orang-orang jahat tersebut. Yang kedua, lebih
ditekankan pada usaha agar penjahat dapat berubah menjadi orang biasa (orang
yang tidak jahat).
Suatu gejala lain yang perlu mendapat
perhatian adalah apa yang disebut sebagai white-collar
crime, suatu gejala yang timbul pada abad modern ini, yang merupakan
kejahatan yang dilakukan oleh pengusaha atau para pejabat pemerintah dalam
menjalankan peranan fungsinya. Keadaan keuangannya yang relatif kuat
memungkinkan mereka untuk melakukan perbuatan-perbuaan yang oleh hukum dan
masyarakat umum dikualifikasikan sebagai kejahatan. Golongan tersebut
menganggap dirinya kebal terhadap hukum dan sarana-sarana pengendalian sosial
lainnya, karena kekuasaan dan keuangan yang dimilikinya dengan kuat. Sukar
sekali untuk memidanakan mereka, sehingga dengan tepat dikatakan bahwa kekuatan
white-collar crime, terletak pada
kelemahan korban-korbannya.
·
Disorganisasi keluarga
Disorganisasi keluarga adalah
perpecahan keluarga sebagai suatu unit, karena anggota-anggotanya gagal
memenuhi kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya.
Disorganisasi keluarga mungkin terjadi pada masyarakat-masyarakat sederhana,
karena suami sebagai kepala keluarga gagal memenuhi kebutuhan primer
keluarganya atau mungkin karena ia mengambil seorang istri lagi. Pada umumnya
masalah tersebut disebabkan karena kesulitan-kesulitan untuk menyesuaikan diri
dengan tuntutan-tuntutan kebudayaan. Di dalam zaman modern ini, disorganisasi
keluarga mungkin terjadi karena konflik peranan sosial atas dasar perbedaan
ras, agama, atau faktor sosial-ekonomis.
·
Masalah Generasi Muda dalam Masyarakat
Modern
Masalah generasi muda pada umumnya
ditandai oleh dua ciri yaitu, keinginan untuk melawan, dan sikap yang apatis.
Sikap melawan mungkin disertai dengan suatu rasa takut bahwa masyarakat akan
hancur karena perbuatan-perbuatan menyimpang. Sedangkan sikap apatis biasanya
disertai dengan rasa kecewa terhadap masyarakat.
Pada masyarakat yang sedang mengalami
transisi, generasi muda seolah-olah terjepit antara norma-norma lama dengan
norma-norma baru (yang kadang-kadang belum terbentuk) yang menyebabkan mereka
berbuat sesuai keinginannya tanpa memperhatikan norma-norma yang telah
ditetapkan oleh generasi tua dalam masyarakat tersebut. Hal ini bisa terjadi
karena pada periode itu, mereka akan menuju tahap kedewasaan, akan tetapi masa
ini juga dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan
kepribadiannya sedang mengalami pembentukan. Pada saat inilah, mereka
memerlukan bimbingan terutama dari orang tuanya.
·
Peperangan
Peperangan mungkin merupakan masalah
sosial yang paling sulit dipecahkan sepanjang sejarah. Masalah peperangan
berbeda dengan masalah sosial lainnya karena menyangkut beberapa masyarakat
sekaligus, sehingga memerlukan kerja sama internasional yang hingga kini belum
berkembang dengan baik. Perkembangan teknologi yang pesat semakin
memodernisasikan cara-cara berperang dan menyebabkan pula kerusakan-kerusakan
yang lebih hebat dari masa lampau. Sosiologi menganggap peperangan sebagai
suatu gejala yang disebabkan soleh berbagai faktor. Peperangan merupakan satu
bentuk pertentangan yang setiap kali diakhiri dengan akomodasi, atau biasa disebut
perang dingin.
Peperangan mengakibatkan disorganisasi
dalam berbagai aspek kemasyarakatan. Apalagi peperangan yang ada biasanya
merupakan perang total, yaitu bukan hanya angkatan bersenjata yang
bersangkutan, akan tetapi seluruh lapisan masyarakat.
·
Pelanggaran Terhadap Norma-norma
Masyarakat
1) Pelacuran
Sebab utamanya sebenarnya adalah konflik mental, pola
kepribadiaan yang kurang dewasa, ditambah dengan tingkat intelegensi nya yang
rendah. Usaha untuk mencegahnya bisa dengan jalan meneliti gejala-gejala yang
terjadi jauh sebelum adanya gangguan mental, yang dapat dicegah dengan
pembinaan, dan pemberian kasih sayang yang stabil oleh orang tua terhadap anak
perempuan mereka khusunya.
2) Dilekuensi
Anak-Anak
Dilekuensi anak yang terkenal di Indonesia adalah cross boys dan cross girl yang merupakan sebutan bagi anak-anak muda yang
tergabung dalam suatu ikatan/organisasi formal atau semi formal yang mempunyai
tingkah laku yang kurang baik dan tidak disukai oleh masyarakat. Dilekuensi
anak meliputi, pencurian, perampokan, pencopetan, penganiayaan, pelanggaran
susila, penyalahgunaan obat terlarang, dll.
3) Alkoholisme
Dapat dikatakan bahwa pola meminum alkohol dalam
batas-batas tertentu dianggap biasa. Akan tetapi kalau keadaan tersebut
mengakibatkan mabuk, sehingga ia tidak dapat mengendalikan diri, baik secara
fisik maupun psikologis maka hal itu dianggap sebagai penyimpangan yang tidak
terlampau berat, apabila belum menjadi kebiasaan. Dengan demikian, dari sudut
aspek sosial yang penting adalah mencegah adanya pemabuk.
·
Masalah
Kependudukan
Masalah kependudukan perlu
ditanggulangi karena pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat
harus disertai dengan pengaturan pertumbuhan jumlah penduduk, entah itu melalui
program keluarga berencana ataupun transmigrasi. Tujuan utama dari suatu proses
pembangunan adalah untuk secara bertahap meningkatkan produktivitas dan
kemakmuran penduduk secara menyeluruh. Usaha tersebut dapat mengalami gangguan
antara lain oleh pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat karena tingginya angka
kelahiran, dll.
·
Masalah
Lingkungan Hidup
Masalah
lingkungan salah satunya adalah pencemaran yang terjadi dalam lingkungan hidup
manusia. Hal itu disebabkan karena adanya bahan dalam kosentrasi besar, yang
eksistensinya merugikan manusia. Masalah pencemaran biasanya dibedakan dalam
beberapa klasifikasi seperti pencemaran udara, air dan tanah serta pencemaran
kebudayaan. Bahan pencemarnya adalah pencemar fisik, biologis, kimiawi dan
pencemaran budaya atau sosial. Pencemaran lingkungan merupakan salah satu
akibat dari subsidi energi yang dimasukkan oleh manusia ke dalam lingkungan
buatannya. Disamping bahan-bahan seperti plastik, kaleng, dll, perbuatan dan
tingkah laku manusia dapat pula digolongkan dalam bahan pencemar yang kemudian
menghancurkan dirinya sendiri.
5. Masalah Sosial Pada Anak
a.
Tindak kekerasan terhadap anak
Secara umum, dapat dikatakan bahwa
tindak kekerasan pada anak adalah setiap tindakan yang mempunyai dampak fisik
yang bersifat traumatis pada anak, baik yang dapat dilihat dengan mata
telanjang atau dilihat dari akibatnya bagi kesejahteraan fisik dan mental anak.
Tindak kekerasan yang dialami anak bisa menyebabkan dampak yang ditingkat
keparahannya terkategori sedang, serius, atau fatal dimana korban bisa
meninggal dunia akibat tingkat kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa
sekitarnya. Contohnya, jika anak dipukul oleh orang yang dicintai, luka batin
akan jauh lebih parah dibanding jika yang memukulnya adalah orang lain.
b.
Anak jalanan
Anak jalanan, anak gelandangan atau
kadang disebut juga anak mandiri adalah anak-anak yang tersisih dari perlakuan
kasih sayang karna kebanyakan dalam usia
yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan keluarga yang keras
dan bahkan sangat tidak bersahabat. Eksploitasi dan ancaman kekerasan merupakan
dua hal yang terkadang sekaligus dialami dan terpaksa dirasakan anak jalanan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan
dijalanan seperti: kesulitan keuangan keluarga, tekanan kemiskinan,
ketidakharmonisan rumah tangga orang tua dan masalah khusus menyangkut hubungan
anak dengan orang tua. Kombinasi dari faktor ini seringkali memaksa anak-anak
mengambil inisiatif mencari nafkah atau hidup mandiri dijalanan.
c.
Anak terlantar
Anak
terlantar adalah anak yang karena tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik
secara rohani,jasmani dan sosial. Ciri-ciri yang menandai seorang anak
dikategorikan terlantar antara lain: biasanya berusia 5-18 tahun dan merupakan
anak yatim piatu, anak yang lahir dari hubungan seks diluar nikah dan kemudian
mereka tidak ada yang mengurus karena orang tuanya tidak siap secara
psikologis, atau ekonomi untuk memelihara anak yang dilahirkannya, berasal dari
keluarga broken home atau korban perceraian orang tuanya.
6. Pemecahan Masalah Sosial
Dewasa
ini, ditemukan cara-cara analisis yang efektif untuk mengatasi masalah sosial.
Metode-metode yang dipergunakan ada yang bersifat preventif, dan represif.
Metode yang preventif jelas lebih sulit dilaksanakan, karena harus didasarkan
pada penelitian yang mendalam terhadap sebab-sebab terjadinya masalah sosial.
Metode represif lebih banyak digunakan. Artinya, setelah suatu gejala dapat
dipastikan sebagai masalah sosial, baru diambil tindakan-tindakan untuk
mengatasinya. Di dalam mengatasi masalah sosial tidaklah semata-mata melihat aspek
sosiologis, tetapi juga aspek-aspek lainnya. Sehingga, diperlukan suatu kerja
sama antara ilmu pengetahuan kemasyarakatan pada khususnya untuk memecahkan
masalah sosial yang dihadapi tadi (secara interdisipliner).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tidak semuanya, di dalam kehidupan
masyarakat berlangsung secara normal, artinya sebagaimana dikehendaki oleh
masyarakat yang bersangkutan. Gejala-gejala tersebut merupakan gejala-gejala
abnormal atau gejala-gejala patologis; hal itu disebabkan karena unsur-unsur
masyarakat tertentu tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga
menyebabkan kekecewaan-kekecewaan dan bahkan penderitaan bagi para warga
masyarakat.
Seringkali dibedakan antara dua
macam persoalan yaitu, masalah masyarakat dan masalah sosial. Hal yang pertama
menyangkut analisis tentang macam-macam gejala kehidupan bermasyarakat,
sedangkan yang kedua meneliti gejala-gejala abnormal dalam masyarakat, dengan
maksud untuk memperbaikinya atau untuk mengilangkannya.
Masalah sosial adalah ketidaksesuaian
antara unsur-unsur dalam kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan hidupnya
kelompok sosial. Beberapa masalah sosial yang terjadi di masyarakat tidak boleh
dianggap sepele, karena mempunyai berpengaruh terhadap masyarakat yang bersangkutan,
sehingga penanganan masalah merupakan suatu hal yang diusahakan atau suatu
proses yang berguna untuk melakukan perubahan ke arah perbaikan.
B. Saran
Untuk menciptakan kehidupan yang
harmonis dan meminimalisir terjadinya masalah-masalah sosial yang dapat mengganggu
ketenangan dalam bermasyarakat diperlukan kesadaran individu untuk mematuhi dan menyesuaikan diri dengan
norma-norma dan kebudayaan yang berlaku. Sedangkan, untuk penanganan masalah
sosial seperti kemiskinan misal, diperlukan adanya pemahaman terhadap latar
belakang dan sumber masalahnya terlebih dahulu, kemudian barulah diadakan
perubahan sistem.
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Soetomo. 2008. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Jakarta: Pustaka Belajar
Sitorus, M. 1997. Sosiologi SMU. Jakarta: Erlangga
Sunarto, Kamanto. 2011. Sosiologi The Basic. Jakarta: Rajawali
Pers
Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Prenada
Media Group, 2011.
Internet:
Yahya Thalib. 2012.
Mengenal Ruang Lingkup Masalah, (Online),
(http://faisalahmadfani.blogspot.com/2012/11/mengenal-ruang-lingkup-masalah.html,
diakses 10 Januari 2016)
Belum ada tanggapan untuk "MASALAH-MASALAH SOSIAL"
Post a Comment