BAHASA DAERAH NYAWA NUSANTARA
Pada hakikatnya, manusia sebagai ciptaan Tuhan adalah
hidup dalam suatu kelompok yang beragam. Keanekaragaman dapat berupa bahasa,
warna kulit, warna rambut, bentuk mata, kecerdasan, dan lain-lain.
Keanekaragaman itulah yang menjadikan manusia dapat saling mengenal satu sama
lain.
Alat penghubung antara manusia yang satu dan yang lain
dalam berinteraksi adalah dengan suatu bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi
yang dapat digunakan untuk menyampaikan keinginan, maksud, pikiran dari
individu 1 kepada individu lainnya. Komunikasi akan lebih mudah atau
lancar apabila bahasa yang digunakan antara penutur dan mitra tutur memiliki
banyak kesamaan atau dapat dikatakan dalam bahasa yang sama atau satu jenis
bahasa.
Amatlah penting untuk disadari bahwa bahasa digunakan oleh
manusia yang menjadi anggota masyarakat tertentu, yang masing-masing memiliki
kebudayaan yang khas. Ada kecenderungan bahwa para individu berbeda-beda dalam
penggunaan bahasa. Oleh karena itu, Variabel-variabel sosial seperti kelas dan
status orang yang berbicara juga mempengaruhi caranya menggunakan bahasa.
Selain itu, orang memilih menggunakan kata-kata sedemikian rupa sehingga dapat
menyampaikan sesuatu yang berarti, dan apa yang berarti dalam kebudayaan yang
satu dapat berbeda dengan apa yang berarti dalam kebudayaan yang lain. Dalam
kenyataannya, cara kita menggunakan bahasa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
kebudayaan kita. Di Indonesia terdapat setidaknya 700 lebih bahasa daerah.
Bahkan, Indonesia merupakan negara nomor dua di dunia dengan bahasa terbanyak
setelah Papua Niugini.
Perbedaan wilayah tempat manusia bermukim ternyata
memunculkan bahasa yang berbeda/beragam. Gunung, sawah, sungai, hutan adalah
beberapa contoh dari faktor geografis yang mendorong adanya perbedaan bahasa
antar manusia. Namun asal mula munculnya bahasa dalam
kehidupan manusia, sulitlah ditebak kapan waktunya dan bilamana hal itu muncul
? Sampai saat ini masih teka-teki. Hal inilah banyak teori dan temuan dari para
ahli antropologi bermunculan mengenai asal mula munculnya bahasa.
Pada
dasarnya, seorang yang terlahir pertama akan mengenal bahasa awal yang dikenal
dengan bahasa ibu. Bahasa ibu adalah bahasa
pertama yang dipelajari oleh seseorang. Biasanya
seorang anak belajar dasar-dasar bahasa pertama mereka dari keluarga mereka.
Namun di era modern ini, bahasa ibu atau bahasa
daerah sudah mulai pudar akibat menterengnya bahasa gaul serta kebiasaan berbicara
dengan bahasa nasional dan selain itu keberadaan bahasa dan sastra daerah makin
terancam akibat berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat. Padahal, bahasa
ibu itu adalah jendela untuk melihat realitas dunia yang sangat kompleks dan
sebagai pembentuk perilaku serta jati diri. Bahasa ibu itu juga menjadi
jembatan untuk memahami ekspresi nilai, norma, aturan, adat kebiasaan, dan
kearifan lokal menjaga lingkungan. Bahasa ibu juga awal untuk memahami
kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional.
Namun konsep kebudayaan daerah sering bertentangan dengan
kebudayaan nasional. Adapun kebudayaan daerah itu sendiri merupakan seperangkat
peraturan atau norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang
kalau dilaksanakan oleh para anggotanya,
melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima oleh seluruh anggota
masyarakat tersebut. Dengan demikian, kebudayaan terdiri dari nilai-nilai,
kepercayaan, dan persepsi abstrak tentang jagat raya yang berada dibalik dan
yang tercermin dalam perilaku manusia. Semua itu merupakan milik bersama para
anggota masyarakat, dan apabila orang berbuat sesuai dengan itu, maka perilaku mereka
dianggap dapat diterima di dalam masyarakat.
Orang memelihara kebudayaan untuk menangani masalah
dan persoalan yang dihadapi. Agar lestari, kebudaayaan harus dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pokok dari orang-orang yang hidup menurut
peraturan-peraturannya, harus memelihara kelangsungan hidupnya sendiri, dan
mengatur agar anggota masyarakat dapat hidup secara teratur. Dalam hal ini,
kebudayaan harus menemukan keseimbangan antara kepentingan pribadi
masing-masing orang dan kebutuhan masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Karena
itu pula, kebudayaan harus memiliki kemampuan untuk berubah agar dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan baru atau mengubah persepsinya tentang
keadaan yang ada tanpa melupakan keberadaan bahasa daerah mereka itu sendiri. Sebab bahasa daerah merupakan bagian dari sejarah.
Indonesia adalah negara multilingual, pada masalahnya kita
masih fokus dalam penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam
pembelajaran. Jadi seiring berjalannya waktu di era modern sekarang, bahasa ibu
akan semakin pudar jika tanpa ada pelestarian bahasa. Sebab saat ini bahasa ibu
tergeser dengan adanya bahasa gaul atau bahasa alay yang dikatakan remaja
sekarang adalah kekinian. Bahkan sering kali bahasa ibu diremehkan karena
tertinggal dan tidak modern. Ini sangat masuk akal dimana anak-anak dipaksa
untuk berbahasa indonesia di sekolah. Padahal mereka dibesarkan dengan mengenal
bahasa ibu, bukan bahasa nasional.
Modernitas yang sarat akan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan telah mengubah jalan hidup banyak orang dan cara mereka berkomunikasi. Bahasa daerah yang merupakan nyawa nusantara kian lama semakin ditinggalkan dalam komunikasi, dicampakan karena cenderung dianggap kuno. Setidaknya itulah fenomena yang nyata di kalangan masyarakat modern saat ini. Masyarakat yang katanya maju dan beradab itu lebih bangga melisankan bahasa Indonesia yang dicampur bahasa asing dalam keseharian. Hal itu membuat tutur bahasa daerah mereka tak lagi tertata dalam budaya yang sehat. Persoalan pun muncul, perubahan yang terjadi di masyarakat yang semakin maju ini, akankah membuat semakin dilupakannya keberadaan bahasa dan sastra daerah dikemudian hari ?
Modernitas yang sarat akan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan telah mengubah jalan hidup banyak orang dan cara mereka berkomunikasi. Bahasa daerah yang merupakan nyawa nusantara kian lama semakin ditinggalkan dalam komunikasi, dicampakan karena cenderung dianggap kuno. Setidaknya itulah fenomena yang nyata di kalangan masyarakat modern saat ini. Masyarakat yang katanya maju dan beradab itu lebih bangga melisankan bahasa Indonesia yang dicampur bahasa asing dalam keseharian. Hal itu membuat tutur bahasa daerah mereka tak lagi tertata dalam budaya yang sehat. Persoalan pun muncul, perubahan yang terjadi di masyarakat yang semakin maju ini, akankah membuat semakin dilupakannya keberadaan bahasa dan sastra daerah dikemudian hari ?
Belum ada tanggapan untuk "BAHASA DAERAH NYAWA NUSANTARA"
Post a Comment